Pengamat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi yang bertugas mengamati Gunung Api Kaba, Sigit Widianto mengatakan gunung api di Bengkulu ini akan meletus ketika aktivitas dinamis lempeng Eurasia dan Indo-Australia tidak bekerja normal.
“Lempeng itu terus bergerak, namun ketika dua lempeng bertemu dan saat bertemu tersebut menghambat pergerakan lempeng itu sendiri, maka kondisi seperti ini bisa mengakibatkan gunung api meletus,” jelas Sigit kepada RB kemarin (31/5).
Sedangkan mengenai terbentuknya gunung api ini, dijelaskan sigit karena dua kemungkinan. Pertama bertemunya lempeng Eurasia-Indo-Australi, atau kemungkinan yang kedua karena aktivitas kedua lempeng tersebut yang saling menjauh.
Ketika gunung api di dalam luat ini meletus, dampak yang diakibatkannya tidak berbeda dengan letusan gunung api yang berada di daratan. Namun khusus untuk letusan gunung api di dalam laut ini berpeluang menimbulkan tsunami. Disampaikan Sigit, timbulnya tsunami ini juga dipengaruhi energi yang dihasilkan karena letusan gunung api tersebut.
Walaupun belum ada ilmu pengetahuan yang dapat memprediksikan suatu gunung api akan meletus, namun Sigit mengatakan ada beberapa tanda sebelum gunung api di dalam laut akan meletus. Salah satu petunjuk terpenting, kata Sigit yakni dengan meningkatnya gempa bumi yang diakibatkan aktivitas gunung api tersebut.
“Selain meningkatnya jumlah gempa, hal lain yang bisa menjadi petunjuk adalah timbulnya gelembung dari dalam laut. Suatu gunung api yang aktif akan menyemburkan material, nah..kalau gunungnya berada di dalam laut petunjuknya adalah gelembungan-gelembungan air karena semburan material itu tadi,” papar Sigit.
Selanjutnya Sigit juga menjelaskan petunjuk tentang perubahan warna air laut. “Jika banyak material keluar dari dalam gunung api, tentunya akan berpengaruh pada warna air. Kalau warna air laut terus berubah, mungkin itu juga petunjuk jika gunung api akan meletus,” lanjut Sigit.
Sayangnya walaupun beberapa ilmuan menyatakan telah menemukan gunung api di dalam laut pada perairan Bengkulu, Sigit mengaku belum memperoleh konfirmasi masalah ini.
Padahal dirinya merupakan salah seorang pengamat gunung api di Bengkulu yang ditugaskan Badan Vulkanolagi dan Mitigasi Bencana Geologi. Kata Sigit, jika memang ada gunung api di perairan Bengkulu harus dilakukan pengamatan secara kontinue aktivitas gunung ini.
“Dalam peta gunung api memang belum ada tertulis gunung api di dalam laut untuk wilayah Bengkulu. Tapi khusus untuk di Indonesia wilayah yang paling banyak gunung api di dalam laut ini ada di Indonesia Timur. Di sekitar kepulauan Sulawesi banyak ditemukan gunung api di dalam laut,” tambah Sigit.
Belum Dipastikan Aktif
Sementara itu Kepala BMG Kepahiang, Dadang Permana menjelaskan, sampai saat ini diketemukannya gunung api bawah laut (sea mount) dengan diameter 50 kilometer setinggi 4.600 meter, berjarak 330 kilometer arah barat Kota Bengkulu sampai saat ini masih dalam tahap penemuan.
Artinya, penilitian lebih mendalam apakah gunung api ini dalam keadaan aktif atau tidak belum bisa diketahui. Begitu juga apakah nanti akan berpotensi meletus atau tidak.
“Kami belum dapat informasi perkembangan terbaru tentang gunung tersebut. Sebab dari yang kami ketahui sejauh ini adanya gunung bawah laut tersebut masih dalam tahap penemuan. Belum ada indikasinya gunung tersebut aktif atau tidak. Dalam catatan sejarah pun gunung api ini belum pernah tercatat meletus,” kata Dadang.
Lantas, apakah ada kemungkinan kalau gempa bumi yang kerap terjadi di Bengkulu dengan pusat gempa berada di barat laut Bengkulu ada kaitannya dengan gunung berapi ini, Dadang membantah. Menurutnya gempa yang terjadi selama ini adalah aktivitas tektonik lempeng aktif. Bukan gempa vulaknik yang disebabkan gunung api. “Tipe gempanya berbeda antara aktivitas tektonik dengan lempeng aktif,” jelas Dadang.
Sementara itu, peneliti LIPI Dr. Ir Danny Hilman Natawidjaja kembali menegaskan belum ada yang perlu dikhawatirkan karena belum ada dalam cacatatan sejarah gunung ini pernah meletus. Bila ingin mengetahui apakah gunung ini aktif atau tidak dan membahayakan masyarakat Bengkulu bila sampai meletus, perlu diadakan penelitian lebih lanjut.
“Saat itu hasil penelitian sementara baru terlihat adanya bentuk menyerupai tubuh gunung dan kaldera (kawah gunung api). Kalau mau mengetahui lebih detail, harus ada penelitian lebih lanjut.
Sejauh ini kami belum ada rencana melakukan penelitian lanjutan tersebut. Tapi kalau ada pihak lain yang mau melakukan penelitian dan menyiapkan dananya ya silakan saja,” papar Danny ketika dihubungi kemarin.
Letak gunung ini sendiri berada di palung Sunda. Biasanya, gunung berapi yang berada di palung seperti itu tidak aktif. Hanya saja, berhubung palung tersebut adalah tempat pertamuan lempengan Eurosia dan Indo Australia yang saling bertubrukan jadi ada kemungkinan gunung aktif. “Tapi ya itu tadi, harus ada penelitian lebih lanjut,” tandasnya.
Penelitian ini sendiri tadinya adalah untuk tujuan mitigasi atau penelitian kebencanaan. Terutama karena pesisir barat Pulau Sumatera memang rawan bencana gempa bumi yang berpotensi tsunami. Dalam beberapa tahun lalu ketika tsunami Aceh diperkirakan adanya longsoran bawah laut dan ternyata penelitian bathymetri masih langka. Salah satu penelitian yang dilakukan dalam berita itu adalah pengambilan data kedalaman dan pengambilan data profil seismic.
“Tapi kalau mau lebih jelas soal gunung ini, silakan tanya ke ahli vulkanologinya,” kata Danny.
Di Indonesia sendiri gunung bawah laut (seamount) terdapat di beberapa wilayah. Seperti Gunung Krakatau dan gunung yang muncul ke permukaan dan membentuk Pulau Krismas, atau Pulau Natal atau Christmas Island.
Pulau ini sangat terkenal sebagai tujuan wisata. Daerah Pulau Natal ini memang tidak termasuk teritorial Indonesia, bahkan masuk Australia.
Pulau Natal atau Chrismas Island, merupakan sebuah kompleks gunung laut (seamount) yang sangat besar. Kompleks Gunung Laut ini memiliki arti khusus dalam proses alam baik keberagaman biologi maupun fisik.
Daerah dangkal dikelilingi lautan dalam ini sering merupakan daerah berkumpulnya ikan-ikan laut karena daerah ini seringkali ditumbuhi karang-karang karena airnya jernih, jauh dari populasi manusia sehingga jauh dari sampah dan polusi. Dengan demikian perlu penelitian khusus untuk mengetahui biodiversity (keberagaman hayati) di lingkungan kompleks gunung laut ini.
Seperti diketahui sebelumnya gunung api di bawah laut ini ditemukan oleh tim yang terdiri dari gabungan para pakar geologi Indonesia, AS, dan Perancis. Yakni dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, CGGVeritas dan IPG (Institut de Physique du Globe) Paris.
Penemuan gunung api di bawah laut Bengkulu ini saat dilakukan survei dengan menggunakan kapal seismik Geowave Champion canggih milik CGGVeritas. Tepatnya di Palung Sunda di barat daya Sumatera, di kedalaman 5,9 kilometer dengan puncak berada di kedalaman 1.280 meter dari permukaan laut.
Survei ini merupakan yang pertama di dunia karena menggunakan streamer terpanjang, 15 km, dari yang pernah dilakukan oleh kapal survei seismik. Tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui struktur geologi dalam (penetrasi sampai 50 km) yang meliputi Palung Sunda, prisma akresi, tinggian busur luar (outer arc high), dan cekungan busur muka (fore arc basin) perairan Sumatera.
sumber : harianrakyatbengkulu.com
“Lempeng itu terus bergerak, namun ketika dua lempeng bertemu dan saat bertemu tersebut menghambat pergerakan lempeng itu sendiri, maka kondisi seperti ini bisa mengakibatkan gunung api meletus,” jelas Sigit kepada RB kemarin (31/5).
Sedangkan mengenai terbentuknya gunung api ini, dijelaskan sigit karena dua kemungkinan. Pertama bertemunya lempeng Eurasia-Indo-Australi, atau kemungkinan yang kedua karena aktivitas kedua lempeng tersebut yang saling menjauh.
Ketika gunung api di dalam luat ini meletus, dampak yang diakibatkannya tidak berbeda dengan letusan gunung api yang berada di daratan. Namun khusus untuk letusan gunung api di dalam laut ini berpeluang menimbulkan tsunami. Disampaikan Sigit, timbulnya tsunami ini juga dipengaruhi energi yang dihasilkan karena letusan gunung api tersebut.
Walaupun belum ada ilmu pengetahuan yang dapat memprediksikan suatu gunung api akan meletus, namun Sigit mengatakan ada beberapa tanda sebelum gunung api di dalam laut akan meletus. Salah satu petunjuk terpenting, kata Sigit yakni dengan meningkatnya gempa bumi yang diakibatkan aktivitas gunung api tersebut.
“Selain meningkatnya jumlah gempa, hal lain yang bisa menjadi petunjuk adalah timbulnya gelembung dari dalam laut. Suatu gunung api yang aktif akan menyemburkan material, nah..kalau gunungnya berada di dalam laut petunjuknya adalah gelembungan-gelembungan air karena semburan material itu tadi,” papar Sigit.
Selanjutnya Sigit juga menjelaskan petunjuk tentang perubahan warna air laut. “Jika banyak material keluar dari dalam gunung api, tentunya akan berpengaruh pada warna air. Kalau warna air laut terus berubah, mungkin itu juga petunjuk jika gunung api akan meletus,” lanjut Sigit.
Sayangnya walaupun beberapa ilmuan menyatakan telah menemukan gunung api di dalam laut pada perairan Bengkulu, Sigit mengaku belum memperoleh konfirmasi masalah ini.
Padahal dirinya merupakan salah seorang pengamat gunung api di Bengkulu yang ditugaskan Badan Vulkanolagi dan Mitigasi Bencana Geologi. Kata Sigit, jika memang ada gunung api di perairan Bengkulu harus dilakukan pengamatan secara kontinue aktivitas gunung ini.
“Dalam peta gunung api memang belum ada tertulis gunung api di dalam laut untuk wilayah Bengkulu. Tapi khusus untuk di Indonesia wilayah yang paling banyak gunung api di dalam laut ini ada di Indonesia Timur. Di sekitar kepulauan Sulawesi banyak ditemukan gunung api di dalam laut,” tambah Sigit.
Belum Dipastikan Aktif
Sementara itu Kepala BMG Kepahiang, Dadang Permana menjelaskan, sampai saat ini diketemukannya gunung api bawah laut (sea mount) dengan diameter 50 kilometer setinggi 4.600 meter, berjarak 330 kilometer arah barat Kota Bengkulu sampai saat ini masih dalam tahap penemuan.
Artinya, penilitian lebih mendalam apakah gunung api ini dalam keadaan aktif atau tidak belum bisa diketahui. Begitu juga apakah nanti akan berpotensi meletus atau tidak.
“Kami belum dapat informasi perkembangan terbaru tentang gunung tersebut. Sebab dari yang kami ketahui sejauh ini adanya gunung bawah laut tersebut masih dalam tahap penemuan. Belum ada indikasinya gunung tersebut aktif atau tidak. Dalam catatan sejarah pun gunung api ini belum pernah tercatat meletus,” kata Dadang.
Lantas, apakah ada kemungkinan kalau gempa bumi yang kerap terjadi di Bengkulu dengan pusat gempa berada di barat laut Bengkulu ada kaitannya dengan gunung berapi ini, Dadang membantah. Menurutnya gempa yang terjadi selama ini adalah aktivitas tektonik lempeng aktif. Bukan gempa vulaknik yang disebabkan gunung api. “Tipe gempanya berbeda antara aktivitas tektonik dengan lempeng aktif,” jelas Dadang.
Sementara itu, peneliti LIPI Dr. Ir Danny Hilman Natawidjaja kembali menegaskan belum ada yang perlu dikhawatirkan karena belum ada dalam cacatatan sejarah gunung ini pernah meletus. Bila ingin mengetahui apakah gunung ini aktif atau tidak dan membahayakan masyarakat Bengkulu bila sampai meletus, perlu diadakan penelitian lebih lanjut.
“Saat itu hasil penelitian sementara baru terlihat adanya bentuk menyerupai tubuh gunung dan kaldera (kawah gunung api). Kalau mau mengetahui lebih detail, harus ada penelitian lebih lanjut.
Sejauh ini kami belum ada rencana melakukan penelitian lanjutan tersebut. Tapi kalau ada pihak lain yang mau melakukan penelitian dan menyiapkan dananya ya silakan saja,” papar Danny ketika dihubungi kemarin.
Letak gunung ini sendiri berada di palung Sunda. Biasanya, gunung berapi yang berada di palung seperti itu tidak aktif. Hanya saja, berhubung palung tersebut adalah tempat pertamuan lempengan Eurosia dan Indo Australia yang saling bertubrukan jadi ada kemungkinan gunung aktif. “Tapi ya itu tadi, harus ada penelitian lebih lanjut,” tandasnya.
Penelitian ini sendiri tadinya adalah untuk tujuan mitigasi atau penelitian kebencanaan. Terutama karena pesisir barat Pulau Sumatera memang rawan bencana gempa bumi yang berpotensi tsunami. Dalam beberapa tahun lalu ketika tsunami Aceh diperkirakan adanya longsoran bawah laut dan ternyata penelitian bathymetri masih langka. Salah satu penelitian yang dilakukan dalam berita itu adalah pengambilan data kedalaman dan pengambilan data profil seismic.
“Tapi kalau mau lebih jelas soal gunung ini, silakan tanya ke ahli vulkanologinya,” kata Danny.
Di Indonesia sendiri gunung bawah laut (seamount) terdapat di beberapa wilayah. Seperti Gunung Krakatau dan gunung yang muncul ke permukaan dan membentuk Pulau Krismas, atau Pulau Natal atau Christmas Island.
Pulau ini sangat terkenal sebagai tujuan wisata. Daerah Pulau Natal ini memang tidak termasuk teritorial Indonesia, bahkan masuk Australia.
Pulau Natal atau Chrismas Island, merupakan sebuah kompleks gunung laut (seamount) yang sangat besar. Kompleks Gunung Laut ini memiliki arti khusus dalam proses alam baik keberagaman biologi maupun fisik.
Daerah dangkal dikelilingi lautan dalam ini sering merupakan daerah berkumpulnya ikan-ikan laut karena daerah ini seringkali ditumbuhi karang-karang karena airnya jernih, jauh dari populasi manusia sehingga jauh dari sampah dan polusi. Dengan demikian perlu penelitian khusus untuk mengetahui biodiversity (keberagaman hayati) di lingkungan kompleks gunung laut ini.
Seperti diketahui sebelumnya gunung api di bawah laut ini ditemukan oleh tim yang terdiri dari gabungan para pakar geologi Indonesia, AS, dan Perancis. Yakni dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, CGGVeritas dan IPG (Institut de Physique du Globe) Paris.
Penemuan gunung api di bawah laut Bengkulu ini saat dilakukan survei dengan menggunakan kapal seismik Geowave Champion canggih milik CGGVeritas. Tepatnya di Palung Sunda di barat daya Sumatera, di kedalaman 5,9 kilometer dengan puncak berada di kedalaman 1.280 meter dari permukaan laut.
Survei ini merupakan yang pertama di dunia karena menggunakan streamer terpanjang, 15 km, dari yang pernah dilakukan oleh kapal survei seismik. Tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui struktur geologi dalam (penetrasi sampai 50 km) yang meliputi Palung Sunda, prisma akresi, tinggian busur luar (outer arc high), dan cekungan busur muka (fore arc basin) perairan Sumatera.
sumber : harianrakyatbengkulu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar